Hai discussant,
Sebagaimana marwah awal blog ini sebagai tempat membuang emosi negatif, maka aku nggak punya ekspektasi lebih terhadap jumlah viewers atau pembaca blog ini. Ya gimana, isinya emang campur-campur banget. But, still one day pengen banget bisa jadi blogger yang kaffah, yang memberikan influence positif dan bermanfaat buat discussant semua.
Hari ini aku tiba-tiba keinget, satu artikelku yang "terbuang" sama panitia lomba menulis artikel perpajakan yang aku ikutin. Jadi ceritanya peserta bebas mengirim artikel, boleh lebih dari satu. Maka aku kirim 2 artikel, yang 1 berhasil tayang di website mereka sebagai salah satu semifinalis lah ceritanya. Dan 1 lagi enggak lolos seleksi, makanya aku mau post disini aja buat kenang-kenangan. Lombanya udah lama, sekitar September 2020. Konon artikel yang masuk ada 400an lebih, sementara yang berhasil tayang hanya 90an. Dari 90an itu, dilombakan lagi untuk diambil pemenangnya, banyak banget slot buat menang, ada belasan. Kenapa? karena ada buanyaaak banget slot buat pemenang juara harapan. Dan dari belasan itu, aku nggak place satu pun. Hiks. Sedih dan malu banget bund jujur.
Jadi cerita awalnya dari substansi, diksi, dll itu sebagai aspek penilaian, ada 1 tambahan lagi yaitu banyaknya hits dan share. Porsinya mayan lho 20%. Aku emang anaknya lumayan ambis, tapi tahu diri malah cenderung ga percaya diri. Jadi kalo urusan share-share gitu aduh bukan aku banget deh, apalagi dari grup ke grup. Malu asli. Etapi kemudian ada salah seorang mantan atasanku yang selalu supportive dan berhati malaikat, bener-bener bersemangat buat share dan ajak banyak orang buat baca dan like artikel aku.
Sampe itu link tersebar luaaaassss dari grup ke grup di berbagai kantor di instansi aku. Banyak banget kawan lama yang menyapa di WA buat menyemangati. Bahkan karena andil salah seorang mantan atasanku yang lain, sampe ke grup angkatan Pak Dirjen dan bapak yang notabene sudah keluar dari institusi aku dan kemudian mendirikan learning center itu. Ya yang punya web yang ngadain lomba artikel itu. Beliau pun udah like katanya hahahah.
Ada juga mantan temen sekantor aku yang super duper militan, nggak tau begimane caranya. Bisa-bisanya dia tiap hari bantuin ngelike sampe bisa ribuan. Parah siiiihhh. Endingnya artikel aku adalah salah satu yang hit dan sharenya tertinggi. Bahkan sempat beberapa hari naik dan bertengger di klasemen artikel terpopuler.
Karena lomba ini lumayan prestisius, ditambah hadiahnya gede (total puluhan juta). Juara 1 nya aja hadiahnya sampe 10 juta. Bayangin modal nulis doang (plus riset) bisa dapet 10 juta. HUHUHU. Waktu itu aku nggak target sejauh itu, tapi bisa dapet di juara harapan terakhir aja udah bersyukur bangeeettttt. Tapi nasib berkata lain.
Usut punya usut, dari 90an artikel tayang itu...karena tayangnya berurutan, nggak langsung barengan dalam 1 waktu, akhirnya ketauan deh bahwa ternyata banyak banget peserta yang dari institusiku juga. Waktu itu emang artikelku tayang lumayan awal, alhasil waktu buat nyari dukungan pun lebih panjang (total tayang sampe pengumuman pemenang sekitar 1 bulan).
Oh ya, long story short, ternyata kawan-kawan seinstitusi yang ikutan itu pun udah bener-bener para mahadewa penulisan deh. Banyak banget senior-senior yang jam terbang pengalaman kerja n pengalaman nulisnya tinggi. Mereka senyap-senyap, ga banyak cari-cari dukungan massa, eh taunya 2 diantaranya place di 3 besar. Bahkan juara 1 nya adalah senior angkatan aku dulu di STAN yang emang sebelumnya dinas di direktorat yang berkaitan dengan kehumasan dan penulisan gitu.
Yah, emang she deserves the prize kok. Tulisannya sangat relate dan relevan dengan kondisi sekarang, hot topic, risetnya dalem, dan diksinya bagus. Karena semakin aku nggak paham, artinya emang semakin tinggi ukuran kualitas artikel itu hehehehe. Alias artikel yang buat aku artikel kahyangan, sedangkan aku di bumi. Maklum ilmu masih cetek, menulis hanya bermodal keyakinan bahwa pembaca awam soal pajak sehingga aku harus menjelaskan dengan cara sederhana yang mudah dimengerti. Aku udah set target pembacaku dan bermain di lingkungan itu. Terinspirasi dari Bu SMI yang selalu humble dalam bertutur kata, bahasa mudah dipahami meskipun beliau expert dan bisa keluarkan istilah-istilah yang tingkat tinggi. She knows siapa lawan bicaranya. Kembali ke topik awal, intinya aku mengakui yang juara itu layak. Hanya saja sedikit belum terima kalo aku ga bisa place. Hahahahaha tetep.
Setelah pengumuman yang pahit itu, yang awalnya aku masih ada yakin-yakin dikit bisa menang, aku lumayan down. Soalnya lebih ke arah aku mengecewakan mereka yang udah banyak support aku. Sampe semilitan itu bantuin like sampe belasan ribu (kenapa panitia nggak mempertimbangkan aspek ini ujungnya). Ya akhirnya berusaha buat ikhlas dan healing dengan nggak buka-buka sosmed dulu. Jujur, aku ikutan nggak ngejar hadiahnya tapi lebih kepada unlock new accomplishment aja.
Akhirnya di tahun 2021 ini website itu ngadain lomba lagi. Awalnya aku berusaha buat nggak take too much concern karena kebetulan aku padat kegiatan juga. Tapi endingnya entah kenapa semesta mengarahkan aku untuk lagi-lagi merasa resah kalo enggak ikutan. Rasanya ada sesuatu yang kosong. Karena sejak dulu aku selalu merasa bahwa lebih baik kalah daripada nggak nyoba. Padahal kalo kalah aku belom bisa mengelola emosiku juga sih, masih seperti ika yang sama kaya jaman TK, SD, SMP, SMA dulu. Ngga mau kalah.
Pernah peer aku di kantor lama bilang kalo aku harus ngerem, jangan terlalu ambis untuk selalu mengejar sesuatu. Tapi kemudian aku berkontemplasi dan merasa bahwa inilah passion yang membuat hati dan pikiranku alive. Aku ya gini, nggak bisa disamain casenya sama orang lain. Aku terbiasa dari jaman sekolah tumbuh dalam lingkungan kompetisi soalnya. Dan saat ikut lomba-lomba itu, aku selalu bergairah, aku happy, ngga beban. Tapi ya itu tadi kalo kalah nangis. WKWKKWKWK.
Setelah aku unfol semua sosmed yang related sama lomba tahun lalu itu, akhirnya aku follow lagi karena aku ikutan lagi. Sekarang aku lebih los aja, menulis tanpa beban, hanya mengutarakan ide-ideku yang kadang kelewat visioner. Karena lomba seperti ini sifatnya subjektif banget, aku hanya berharap tulisanku disukai juri, at least menarik minat mereka. Jika tidak tak apa, nanti akan berujung lagi di blog ini kan? Nggak ada yang sia-sia kok.
Untuk artikel yang tayang di web itu bisa dibaca disini: Lomba Artikel Perpajakan. Oh ya, sampe lupa, artikelku yang terbuang itu aku post di postingan berikutnya ya! Makasih udah baca curhatan nggak penting ini dear myself in the future wkwkwkw. Iya, aku yang baca ulang tulisanku sendiri kok seringnya wkwkwkw.
Tambahan foto-foto pemanis jaman ikut pelatihan menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar