Hai dreamers, jadi aku pengen share pengalaman
honeymoon aku yang udah hampir setahun lalu. Tapi Inshaa Allah bisa buat
nambah-nambah referensi buat kalian yang lagi ada rencana buat liburan romantis
juga. Jadi, memang aku sengaja enggak pilih destinasi mainstream kayak Bali
buat honeymoon kami, alasannya ya aku kurang sreg dengan vibesnya aja. Semua tentu
balik ke preferensi dan pilihan masing-masing aja sih ya secara kan selera
orang beda-beda. Kalau aku pribadi jujur saat ini (artinya suatu saat masih
bisa berubah) lebih enjoy dengan city landscape dan keriuhan instead of
villa-villa unyu-unyu, beach club, dan pantai. Hehehehe. Soalnya di sisi lain
aku sempet punya pengalaman yang agak traumatis di Bali, so ya gitu deh agak
masih belum ingin aja balik kesana. Alasan kedua, karena emang dari sisi budget,
jatuhnya juga hampir sepadan meskipun satu di dalam negeri dan satu di luar
negeri. Contoh sepelenya aja dari sisi tiket pesawat PP Jogja-Bali dan harga
hotel/ villa di Bali malah jatuhnya lebih mahal dari KL. Alasan ketiga
karena emang udah pengen banget nyobain ke KL semenjak baca blog tentang Colmar
Tropicale. So, ini review aku, Semoga bermanfaat!
Di depan Petronas Twin Tower
1. Harga
Terjangkau
As I mention before, harga tiket
pesawat ke KL itu terjangkau banget, apalagi kalau kalian pas dapet harga promo.
Temen aku bisa dapet harga Air Asia 900 ribuan aja PP Semarang-KL. Kalau kami
waktu itu berhubung beli karena nyesuaiin tanggal cuti jadinya ya dapet harga
normal 1,7 juta PP Jogja-KL Air Asia. Di samping
tiket pesawat, harga hotel disana juga murahnya cukup mencengangkan, secara
dibandingin hotel-hotel di Jogja, dengan harga yang sama bisa dapet yang
fasilitasnya udah bagus banget di KL. Kemarin aku sengaja pilih hotel yang agak
bagusan, dengan asumsi ehem kalo honeymoon kita lebih ke slow travel nggak
strict banget sama itinerary, jadi ya bakalan lebih banyak habisin waktu di
kamar hehehe. That’s why harus cari kamar hotel yang nyaman, luas, dan ada sarapannya
sekalian biar nggak ribet nyari pagi-pagi. Kenapa nggak air bnb ya simply karena kita cuma berdua. Untuk hotelnya apa aja bakal aku
share di postingan yang berbeda. Intinya harga di kisaran 500-850 ribu saja
dan mostly udah dengan bathtub dan luas kamar diatas 25 meter persegi bahkan
ada yang 70 meter persegi. Kalau buat traveling budget kayak aku dulu sih
jarang banget kalo di LN tidur di hotel, seringnya di hostel yang kamarnya
gabung dan bednya tingkat-tingkat gitu. Berhubung ini honeymoon, so kami lebih
longgar masalah budget demi privasi dan kenyamanan kami pribadi. Kurs ringgit
ke rupiah juga masih sangat masuk akal, jadinya untuk harga-harga lain kayak
makanan, transportasi, tiket hiburan dan tempat wisata, belanja, oleh-oleh dll
masih bisa hemat dan nggak menguras kantong. Intinya pas disana, selain sedia
cash, baiknya juga tetep bawa credit card or debit card. Tenang, kami sempet
bayar belanjaan pakai debit card juga pas di-kurs aman kok nggak ada tambahan
biaya administrasi juga. Harga makanan juga kayak di Indonesia aja, setiap
makan berdua kami habis sekitar 50-100ribu tergantung tempat makannya, kami
jarang makan di tempat fancy, lebih sering di lokasi yang direkomendasiin
orang-orang. Yang jelas, harus yang halal ya.
Studio Room Parkroyal Hotel Bukit Bintang
Pertama akses internet. Ini penting
banget buat kalian karena internet adalah segala sumber informasi. Makanya
setelah landing, kami langsung nyari counter SIM Card di bandara. Jujur aku lupa
merek apa yang kita beli, pokoknya dari counter-counter yang berjejer di
kedatangan internasional, dia yang paling pertama ujung warna kuning. Harganya paling
rasional (35RM) buat kami yang cuma seminggu
dengan akses internet 4G, beli 1 aja dipasang di HP Suami lalu thethering.
Kedua akses transportasi. Jalur transportasi
di KL itu mudah banget buat dipelajari dan opsi pilihannya juga macem-macem.
Pas awal landing di Bandara KLIA2, aku sengaja pesen jemputan mobil yang
disediakan dari pihak apartemen yang kita sewa gitu. Alasannya ya simple aja
karena kita masih belum tau medan, dan posisi sampenya udah sore jadi daripada
nyasar-nyasar bawa koper ganti-ganti armada malah jatuhnya badmood mendingan
bayar lebih aja. Waktu itu biayanya 120RM, ya sekitar 400ribuan. Emang mahal
sih, tapi aku bandingin dengan naik kereta ekspress bandara (KLIA ekspress)
dengan harga tiket per orangnya 55RM berarti 2 orang kan 110RM, belum nambah
lagi beli tiket MRT dari KL Sentral ke stasiun terdekat apartemen kita ditambah
ongkos grab kalo ternyata masih jauh minimal 5RM. Jatuhnya kan sama juga plus
capek di jalan. Makanya kita pilih sewa mobil, yang surprisingly adalah Innova
yang oke gitu, drivernya juga baik. Belakangan aku baru tahu kalo dari Bandara
itu ada bis yang berhenti di KL Sentral dan itu cuma murah banget cuma 12RM gitu per orang. Wkwkwkw auto nyesel tapi yaudahlah bisa buat jadi
referensi kalian selain naik grab car.
Selama disana beberapa moda transportasi yang kami pakai diantaranya :
Jadwal Bus dari dan ke KLIA2
Selama disana beberapa moda transportasi yang kami pakai diantaranya :
a. Grab Car
Ini
kalo udah capek banget dan susah diakses dengan MRT, LRT, maupun jalan kaki.
Disana grab car juga sangat banyak dengan harga minimal 5RM. Ati-ati juga
karena kami pernah dapet grab car yang nggak dateng-dateng buat jemput, doi
muter-muter doang di sekitar daerah dia ngetem, tau-tau udah di-close selesai
sama drivernya. Padahal kami udah nunggu lebih dari setengah jam, untungnya
masih di hotel nunggunya. Grab jugalah tansportasi yang kami putuskan pakai buat
anter ke bandara pas mau pulang Jogja karena praktis dengan asumsi waktu dan kaminya udah lelah. Harganya dari daerah Bukit Bintang
sekitar 80RM udah termasuk tol.
b. MRT dan LRT
MRT
ini penghubung area-area wisata yang terkenal melalui stasiun-stasiun terdekat
dari lokasi/ landmark tersebut. Stasiunnya macem-macem, ada di bawah mall, ada
di pinggir jalan, dll. Harganya juga terjangkau dan jelas tepat waktu.
Sebaiknya hindari rush hour untuk menghindari kepadatan penumpang. Buat ke
stasiun biasanya kami jalan kaki karena deket dari lokasi/ hotel. Beli tiketnya
di mesin yang banyak tersedia di stasiun, kami biasanya beli pake uang cash
bukan pakai tap card semacam Ez-Link SG gitu. Jalurnya ada macem-macem tinggal ikutin warna aja, mapnya banyak tersedia di stasiun.
Map jalur MRT dan LRT
c. Bus
Kami
naik bus buat pergi ke dan dari Genting Highland, nama busnya Go Genting. Beli
tiketnya dan naiknya dari lantai dasar KL Sentral dan berhenti di Awana Skyway
Station di kaki bukti Gentingnya. Jadi sebaiknya pas beli tiket bus sekalian
beli tiket gondolanya juga biar praktis. Harga tiket busnya sekitar 4,9RM. Datenglah
sepagi mungkin, atau kalau bisa udah beli sebelumnya, biar dapetin jadwal yang
sesuai dimau dan nggak nunggu kelamaan kayak kami. Kami nunggu sekitar 1 jam
karena ikut keberangkatan berikutnya gara-gara kehabisan di jam yang dimauin. Buat
naik bus dari KL ke Genting juga bisa dari terminal yang lain misalnya Pudu
Sentral, Ex Gombak atau One Utama, lengkapnya bisa cek di www.rwgenting.com. Nah,
pas udah sampai terminal bus yang di Genting Highland aku saranin melipir dulu
buat sekalian beli tiket pulangnya supaya nggak kehabisan kayak kami. Alhasil
kami beli tiket pulangnya menuju ke terminal Pudu Sentral yang lokasinya paling
dekat sama KL Sentral.
Jadwal Bus Go Genting
d. Awana Skyway
Gondola
alias kereta gantung alias cable car ini tranportasi buat mendaki ke area
Genting Highlandnya, buat kalian yang phobia ketinggian, bisa pakai cara lain
misalnya naik grab car, sewa mobil, atau naik bis juga, tapi ya bakal lebih
lama dan jalanannya juga berkelok-kelok manja. Harga tiket Awana Skyway itu 8RM
per orang atau 50RM per orang yang gondola kaca. Kalau kami jelas pilih yang
hemat beb. Pengalaman naik gondola ini buatku adalah yang kedua setelah di Mt.
Titlis Swiss 2017 lalu. Jelas pemandangannya beda banget, mostly pepohonan
hijau. Kita juga bisa berhenti di stasiun skyway sepanjang perjalanan itu kayak
misalnya di stasiun Chin Swee Cave Temple dan udah free buat naik lagi.
Finishnya adalah di Stasiun Sky Avenue.
Awana Skyway dari Stasiun Chin Swee Temple
e. KTM Komuter Line
Ini
semacam KRL kalo di Jakarta yang rutenya agak melengsak ke luar kota KL. Jadi
emang beda dari rute MRT, KTM Komuter Line ini adalah kereta yang kami naiki
buat menuju ke Batu Caves Temple. Perjalanan dari KL Sentral ke stasiun Batu
Caves sekitar 40 menit. Harga tiketnya 5,2RM PP. Pastikan buat cek dulu jadwal
keberangkatannya supaya enggak nunggu kelamaan di KL Sentral kayak kami yang
akhirnya memutuskan buat jalan-jalan dulu ke Masjid Jamek dan Dataran Merdeka di siang-siang yang panas.
f. Travel
Travel ini
khusus kami pesan buat ikut rombongan ke Colmar Tropicale. Karena itu memang
sebuah resort yang agak terpencil dari kota, satu-satunya akses terpraktis
adalah dengan sewa travel ini. Karena kalau naik grab harganya lumayan
mencekik. Tiket harus pesan langsung di konternya yang letaknya di Mall Berjaya
Times Square. Nanti aku ulas sendiri terkait Colmar Tropicale ya!
Counter Travel Colmar Tropicale di Berjaya Times Square Mall
Memang sistem transportasi di KL itu
udah terpadu, makanya aku dikit-dikit sebutin KL Sentral, ya karena memang
semua transportasi publik bisa diakses dari sana.
3. Makanan Halal
Makanan halal ini esensial banget buat Muslim yang traveling di belahan dunia manapun. Maka, KL kita pilih karena Malaysia adalah salah satu Negara dengan penduduk mayoritas Muslim, jadi tentu makanan halal akan lebih mudah dijumpai di sudut manapun. Nanti aku akan share soal hunting makanan halal di KL pada postingan yang lain. Yang jelas di KL juga mesti hati-hati juga, konon kabarnya (mohon maaf kalau misal keliru) banyak juga yang Muslimah berhijab atau TKW gitu yang kerja di restoran Chinese Food tapi jualan babi juga. Jadi kita mesti kudu jeli ya. Kalo di Jalan Alor Bukti Bintang, biasanya udah banyak pedagang makanan yang nawarin, “Halal Food, halal food” gitu jadi aman. Karena di KL ga banyak jajanan food street ala Bangkok gitu, jadinya kita emang jarang jajan selain ke semacam Indomaret gitu beli air minum sama Chitato. Entah kenpa suami maunya Chitato mulu pas di KL.
Makanan halal ini esensial banget buat Muslim yang traveling di belahan dunia manapun. Maka, KL kita pilih karena Malaysia adalah salah satu Negara dengan penduduk mayoritas Muslim, jadi tentu makanan halal akan lebih mudah dijumpai di sudut manapun. Nanti aku akan share soal hunting makanan halal di KL pada postingan yang lain. Yang jelas di KL juga mesti hati-hati juga, konon kabarnya (mohon maaf kalau misal keliru) banyak juga yang Muslimah berhijab atau TKW gitu yang kerja di restoran Chinese Food tapi jualan babi juga. Jadi kita mesti kudu jeli ya. Kalo di Jalan Alor Bukti Bintang, biasanya udah banyak pedagang makanan yang nawarin, “Halal Food, halal food” gitu jadi aman. Karena di KL ga banyak jajanan food street ala Bangkok gitu, jadinya kita emang jarang jajan selain ke semacam Indomaret gitu beli air minum sama Chitato. Entah kenpa suami maunya Chitato mulu pas di KL.
Nasi Hainan Chee Meng Bukit Bintang
4. Kemudahan Bahasa
Mengingat Indonesia dan Malaysia itu
masih serumpun, jadi bahasanya pun masih bahasa Melayu yang mudah dipahami.
Makanya buat kalian yang nggak jago bahasa asing atau bahasa Inggris,
jalan-jalan di KL nggak akan nyasar. Selain itu di KL banyak banget WNI yang
jadi TKI disana, kayak misalnya pas kami belanja oleh-oleh di Pasar Seni,
taunya yang ngejualin kita itu Ibu-Ibu asal Jawa Timur yang udah 12 tahun jadi
TKW disana. Jadi dari awalnya si Ibu ngomong pake bahasa Melayu, terus berubah
jadi bahasa Jawa setelah tau kami dari Jawa Tengah. Petunjuk arah dan
lain-lainnya juga mudah dipahami, ngobrol sama sopir Grab juga masih nyambung, pokoknya
kemudahan bahasa ini jadi salah satu pertimbangan buat liburan easy.
Pusat oleh-oleh di Pasar Sentral KL
5. Instagramable Spot & Factory Outlet Murah
Kalau kalian yang udah terbiasa
hidup di kota besar mungkin nggak terlalu wow juga sama KL ini karna
landscapenya emang so typical. Gedung-gedung, menara, air mancur, jalanan, stasiun
MRT, macet di beberapa sisi dll, di Jakarta juga sama. Tapi namanya juga orang
penasaran yekan, jadi ya pengen liat langsung walopun jaman sekarang bisa
wisata onlen juga biar murah (buka Google Street wkwkwkwk). Jadi seperti
kota-kota pada umumnya, di KL itu ada Kampung Arab, Chinatown, semacam Old Town
gitu, dan tentu gedung-gedung metropolis yang modern. Nah, selain itu juga ada
icon-icon khas KL kayak Petronas Twin Tower, KL Tower, Sultan Abdul Samad
building, Dataran Merdeka, dll yang worth to visit. Di samping itu banyak
lokasi-lokasi yang lagi hype (hasil liat-liat instagram @airasia_bhsindonesia) kayak
misalnya graffiti-graffiti artsy di Jalan Alor Bukit Bintang, Thean Hou Temple,
Chin Swee Temple dan tentunya Colmar Tropicale. Trus dimana sisi romantisnya? Ya
sisi romantisnya sekarang kan udah punya Instagram husband yang tugasnya fotoin
istrinya dengan sabar wkwkwkwkw.
di belakang Sultan Abdul Samad Building, view Masjid Jamek
Thean Hou Temple
Graffiti Jalan Alor Bukit Bintang
Selain lokasi hunting foto instagramable, Malaysia juga salah satu destinasi hunting barang branded ori harga terjangkau. Kemarin kami hanya sempat mampir di Genting Highland Premium Outlets tapi nggak belanja juga karena emang nggak nyiapin budget khusus belanja. Kami juga nggak buka jastip karena helooo ini liburan honeymoon. Emang kalau di Genting ini harganya lebih selisih dibandingin katanya di Johor, mungkin karena Genting emang lokasi turis. Pas kami mau otw ke bandara pas pulang, sopir Grab kami bilang di deket KLIA juga ada FO murah gitu, namanya Mitsui Outlet Park KLIA. Sayangnya kami nggak punya cukup waktu buat jelajah kesana. Kemaren aku sempet lihat reviewnya di TV, ternyata kalau mau kesana disediakan semacam bus shuttle gitu dari KLIA. Tapi pastikan kalian punya cukup waktu ya.
Genting Highland Premium Outlet
Nah itu tadi kurang lebihnya lima alasan kenapa kalian bisa jadiin KL sebagai opsi jalan-jalan romantic atau honeymoon kalian. Kalau ada pertanyaan silahkan drop your questions or comments below ya, aku bantu jawab sesuai pengalaman aku.